Rabu, 05 Juni 2013

STUDI KOMPARATIF MATA PELAJARAN IPS NEGARA INDONESIA DAN PERANCIS

A.    PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
            Pendidikan komparatif adalah disiplin ilmu yang mempelajari aspek sistem pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai latar belakang, baik yang ada dalam satu bangsa maupun antarbangsa yang berbeda. Oleh karena itu,, pendidikan komparatif juga ikut mendorong kepada banyak pihak untuk melakukan kajian-kajian tidak hanya pada tataran penyelenggaraaan sistem-sistem pendidikan, tetapi juga kajian pada aspek kehidupan di luar sistem pendidikan suatu bangasa. Banyak ahli pendidikan komparatif menyakini bahwa salah satu factor penyebab terjadinya kemunduran peradaban suatu bangsa adalah kemandegan praktek penyelenggaraan pendidikannya. Sedangkan penyebab terjadinya kemandegan penyelenggaraan pendidikan antara lain adalah rendahnya tingkat inovasi pendidikan. Lalu rendahnya tingkat inovasi pendidikan antara lain adalah kurangnya membandingkan praktek pendidikannya dengan praktek pendidikan bangsa lain.
            Banyak ahli pendidikan komparatif menyakini bahwa salah satu factor penyebab terjadinya kemunduran peradaban suatu bangsa adalah kemandegan praktek penyelenggaraan pendidikannya. Sedangkan penyebab terjadinya kemandegan penyelenggaraan pendidikan antara lain adalah rendahnya tingkat inovasi pendidikan. Lalu rendahnya tingkat inovasi pendidikan antara lain adalah kurangnya membandingkan praktek pendidikannya dengan praktek pendidikan bangsa lain. Pernyataan diatas senada dengan apa yang dikatakan Harold J. Noah (Postletwaite dalam Roman. 2010) bahwa dengan melakukan perbandingan pendidkan antarbangsa kita dapat memeperoleh pengetahuan tentang keadaan pendidikan dibeberapa negara dan kawasan. Dengan mengetahuai keadaan pendidikan di banyak negara atau kawasan, kita dapat mengambil manfaat positif dari pengetahuan tersebut unutk diterapkan dalam membangunan pendidikan di negeri sendiri.
            Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
            Pertama kali Social Studies dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Alasan dimasukannya social studies (IPS) ke dalam kurikulum sekolah karena berbagai ekses akibat industrialisasi di berbagai negara di belahan dunia juga terjadi, di antaranya perubahan perilaku manusia akibat berbagai kemajuan dan ketercukupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong industrialisasi telah menjadikan bangsa semakin maju dan modern, tetapi juga menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks. Para ahli ilmu sosial dan pendidikan mengantisipasi berbagai kemungkinan ekses negatif yang mungkin timbul di masyarakat akibat dampak kemajuan tersebut. Sehingga untuk mengatasi berbagai masalah sosial di lingkungan masyarakat tidak hanya dibutuhkan kemajuan ilmu dan pengetahuan secara disipliner, tetapi juga dapat dilakukan melalui pendekatan program pendidikan formal di tingkat sekolah. Program pendidikan antar disiplin (interdiscipline) di tingkat sekolah merupakan salah satu pendekatan yang dianggap lebih efektif dalam rangka membentuk perilaku sosial siswa ke arah yang diharapkan. Bahkan program pendidikan ini di samping sebagai bentuk internalisasi dan transformasi pengetahuan juga dapat digunakan sebagai upaya mempersiapkan sumberdaya manusia yang siap menghadapi berbagai tantangan dan problematika yang makin komplek di masa datang.
            Oleh karenanya latar belakang perlu dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di beberapa negara lain juga memiliki sejarah dan alasan yang berbeda-beda. Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras di antaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut. Memandang perlunya pendidikan IPS bagi setiap warga negara Apresiasi terhadap social studies (pendidikan IPS) terus bertambah dari berbagai negara, terutama di Amerika, Inggris, dan berbagai negara di Eropa, dan baru berkembang ke berbagai negara di Australia dan Asia termasuk Indonesia.
            Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain, di antaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman budaya bangsa (multikultur) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI dan berbagai masalah nasional lainnya di pandang perlu memasukan program pendidikan sebagai propaganda dan penanaman nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah.
            Dalam makalah ini penulis mencoba untuk melakukan komparasi terhadap sistem pendidikan di Negara lain, khususunya di Negara Perancis untuk mata pelajaran IPS di jenjang pendidikan sekolah menengah pertama, memandang adanya kesamaan dalam politik dan pemerintahan dimana Perancis dan Indonesia sama-sama merupakan Negara jajahan bangsa lain yang memiliki keinginan kuat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah, usaha ini dilakukan dengan jalan yang sama yakni dicetuskan melalui sebuah tulisan dari tokoh yang sangat peduli akan pentingnya suatu pendidikan, yakni Rebelains (dari Petancis) dan Ki Hajar Dewanotoro (dari Indonesia). Juga didukung dengan adanya kesamaan pemikiran akan pentingnya pendidikan dalam membangun bangsa menjadi lebih maju.

B.     PEMBAHASAN
1.      PENDIDIKAN DI INDONESIA
1.1  Perkembangan pendidikan di Indonesia
            Secara umum sistem pendidikan yang terjadi di Indonesia bersifat demokratsis, meskipun pada pelaksanaannya sering terjadi berbagai perubahan dalam kurikulum dan pelaksanaan pendidikan sendiri. Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini Indonesia telah mengalami enam kali perubahan kurikulum. Yakni, pada rentang waktu tahun 1945-1949 dikeluarkan Kurikulum 1947. Tahun 1950-1961, ditetapkan Kurikulum 1952. Kurikulum,pada masa Orde Lama adalah Kurikulum 1964, sedangkan untuk masa orde baru diterapkan kurikulum 1994, KBK, dan terakhir adalah KTSP. Perubahan kurikulum ini adalah satu upaya penting yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan untuk mengubah sistem pendidikan dan pengajaran sehingga lebih sesuai dengan keinginan dan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu, tujuan lain dari perubahan ini yakni untuk mewujudkan Indonesia yang mampu beradaptasi dengan perubahan global sehingga Indonesia pun mampu unutk bersaing pada tingkat Internasional, khususnya dalam bidang pendidikan.
            Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berdampak pada penyerahan sebagian wewenang dari pusat ke daerah. Dalam hal ini pemerintah menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah pembiayaan pun menjadi kewenangan sekolah. Otonomi daerah diartikan sebagai kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan diharapkan dapat mensejahterakan rakyat setempat, meringankan beban hidup, memberi jaminan kelayakan hidup, terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan pendidikan serta harapan-harapan menggembirakan lainnya.
            Jadi pada awalnya Indonesia menganut sistem sentralisasi. Sehingga semua sistem pengajaran diserahkan kepada pusat. Namun, pada tahun 1998 seiring dengan adanya reformasi, maka munculah semangat desentralisasi, demokratisasi, dan globalisasi yang pada akhirnya menuntut pada kemnadirian untuk melakukan otonomi terhadap pendidikan dimasing-masing wilayah. Sehingga yang terjadi saat ini, tidak jarang ditemukannya keberagaman kemampuan pendidikan yang ada di Indonesia melihat pada kondisi dan letak sekolah didirikan
            Selain itu, kini pemerintah juga telah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun sebagai upaya untuk meminimalisir tingkat buta huruf yang ada di Indonesia. Sedangkan untuk jenjang pendidikan, Indonesia memebagi pendidikan menjadi 5 jenjang, diantaranya:
1.      Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) atau prasekolah
Waktu belajar satu atau dua tahun yang menampung anak usia lima sampai enam tahun. Di Tingkat prasekolah ini, pendidikan lebih di fokuskan pada permainan. Karena pada masa ini adalah masa bermain. Proses belajar di sekolah negeri dimulai pukul 07.30 sampai 10.00.
2.      Sekolah Dasar (SD)
Waktu belajar enam tahun bagi anak usia tujuh sampai duabelas tahun. Sekolah Dasar dibagi menjadi 2, yaitu sekolah dasar rendah (kelas 1-3) dan sekolah dasar tinggi (kelas 4-6).
3.  Sekolah Manangah Pertama (SMP) waktu belajar 3 tahun
4.  Sekolah Menangah Atas (SMA)

               Penyelenggaraan sistem pendidikan dasar di Indonesia lebih menekankan pada teori daripada praktek. Sekolah dasar di Indonesia diperuntukkan untuk anak usia 6 sampai 11 tahun dan berlangsung dalam kurun waktu 6 tahun. Jenjang sekolah dasar di Indonesia yaitu jenjang kelas I-VI. Dalam sistem pendidikan di Indonesia mengenal yang namanya ujian kenaikan kelas, yaitu yang dilaksanakan pada akhir semester kedua. Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan cara Ujian Nasional. Jika siswa tidak lulus ujian nasional tahap 1, siswa harus mengikuti UN tahap 2. Jika siswa tidak lulus pada tahap 2, mereka harus mengikuti program kejar paket. Kurikulum mata pelajaran yang diajarkan antara lain Pendidikan Agama,Pendidikan Kewarganegaraan, bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, serta Muatan Lokal.

2.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia
            Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”.
            Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
            Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi:
1.      Sosial (Social Science)
      Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
     Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
     Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosialadalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
2.      Studi Sosial (Social Studies).
      Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar.
3.      Pengetahuan Sosial (IPS)
      Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.

            Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
            Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
            Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7 menyebutkan bahwa: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
            Mata pelajaran IPS terpadu pada jenjang pendidikan dasar dan menengah termasuk rumpun ilmu sosial, seharusnya merupakan mata pelajaran yang menarik, apabila disajikan oleh guru dengan menggunakan teknik-teknik pembelajaran yang dapat memotivasi siswa. Namun dalam kenyataannya banyak para siswa mengeluh karena bahan-bahan materi pelajaran disajikan kurang menarik serta membosankan di samping guru kurang mampu memilih metode pembelajarannya.
            Akar masalah dari problem mata pelajaran sosial tersebut  adalah bahwa pembelajaran pengetahuan sosial lebih menekankan pada aspek pengetahuan, fakta dan konsep-konsep yang bersifat hapalan belaka. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumantri, 2001 yang menyatakan bahwa pembelajaran IPS di sekolah selalu disajikan dalam bentuk faktual, konsep yang kering, guru hanya mengejar target pencapaian kurikulum, tidak mementingkan proses. Hal ini menyebabkan pembelajaran IPS selalu menjenuhkan dan membosankan dan dianggap oleh peserta didik sebagai pelajaran kelas dua.
            Standar kompentensi dari mata pelajaran IPS menurut Depdiknas (2003: 5) adalah peserta didik diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang baik. Hal ini merupakan tantangan yang berat karena masyarakat global selalu mengalami perubahan yang besar setiap saat.
            Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menambah pengetahuan kita tentang bumi. Namun demikian kemajuan teknologi yang mendorong industrialisasi telah menghasilkan dampak negatif berupa polusi dan limbah industri yang mengotori tanah, air serta udara baik secara lokal, regional bahkan secara global. Untuk menanamkan betapa berharganya bumi, dan bagaimana memelihara serta melestarikannya sebaiknya dalam materi yang akan diberikan kepada para siswa dimasukan pengetahuan dan pemahaman tentang bumi berserta substansinya seperti terbentunya dan evolusi bumi sebagai salah satu planet dalam sistem alam semesta, siklus iklimnya, kekayaan alam dan lain-lain. Selanjutnya perlu juga dipelajari tentang kesehatan masyarakat, kependudukan, kekayaan alam, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tantangan lokal, regional, nasional dan global.
            Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi serta dengan masuknya arus globalisasi, membawa pengaruh yang multidimensional. Di bidang pendidikan perubahan itu dituntut oleh kebutuhan siswa, masyarakat, dan lapangan kerja. Salah satu bentuk perubahan yang dituntut dari kurikulum IPS adalah menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi secara global tersebut. Oleh karena itu, pendidikan IPS harus berkualitas internasional seperti yang dikatakan oleh Alfin Tofler yaitu harus berpikir global dan bertindak lokal.
            Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD dan SMP/MTs berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003:2). Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut. Ranah Hasil Belajar IPS
            Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22). Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.  Ranah psikomotoris berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikmotoris,(a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepataan, (e) gerakan keterampilan, (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
            Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
2.  PENDIDIKAN DI NEGARA PERANCIS
2.1 Perkembangan pendidikan di Negara Perancis
            Republique Francaise merupakan sebuah negara yang wilayah teritorialnya terletak di Eropa Barat. Namun demikian, Perancis juga memiliki banyak wilayah teritorial di seberang lautan di seluruh dunia. Dari sisi histiros, Peracis merupakan satu unit politik yang dipersatukan oleh penjajah Romawi Kuno, oleh karena itu beberapa segi kehidupan pun sedikit banyak akan dipengaruhi opleh bangsa romawi. Sedangkan untuk segi bahasa, Perancis memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Perancis. Dengan adanya sedikit kesamaan bahasa dengan bahasa Italia, Portugal, dan Spanyol, maka Perancis termasuk menjadi bagian dari negara latin. Sistem pemerintahan Perancis baru mulai berkembang pada masa Republik Ketiga (Abad ke-19) yang ditandai dengan adanya kemajuan yang dicapai melalui ide-ide pemikiran sosial, politik, ekonomi, termasuk pendidikan yang digagas oleh kaum menengah. Pembaruan-pembaruan tersebut ternyata mampu merubah Perancis menjadi sosok bangsa yang maju dan disegani dikancah Eropa.     Kamajuan sosial dan politik yang dialami oleh Perancis memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yakni dengan adanya berbagai pembangunan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakatr Perancis sendiri. Pembangunan sistem pendidikan dilakukan sejak akhir abad ke-19, yaitu ketika Jules Ferry, pemilik kantor pengacara dari Menteri Penajaran Publik (Minister of Public Instruction) membuat terobosan baru dalam pembangunan pendidikan di Perancis yakni menciptakan sekolah Republikan modern yang dapat menampung semua anak dibawah usia 15 tahun, mewajibkan pendidikan bagi rakyat, dan adanya pendidikan gratis (free of charge) serta seluler (laique).Sesuai peraturan dalam “ La loi d’orientation sur l’éducation No. 89-486 tertanggal 10 Juli 1989 “ pendidikan menempati urusan pertama dalam skala prioritas nasional Perancis.
            Pendidikan adalah suatu hak dan sekaligus kewajiban bagi anak antara umur 6 hingga 16 tahun sehingga semua beban biaya sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah. Secara umum, pendidikan di Perancis dewasa ini berlangsung secara sentralistik. Pengelolaan yang bersifat sentralistik tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem politik dan sejarah pemerintahannya yang berulang kali lebih bersifat sentralistik pula. Maksud dari sentarlistik di sini yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (iasa disebut Ministry of National Education) memeiliki peran urgent dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.

2.1.1 Jenjang Pendidikan di Perancis
            Sentraliasi penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut selanjutnya membagi jenjang pendidikan menjadi tiga jenjang, yaitu Pendidikan dasar(enseignement primaire, Pendidikan menengah (enseignement secondaire) Pendidikan tinggi(enseignement superieur). Untuk pembahasannya sebgai berikut:
1.      Pendidikan dasar (enseignement primaire) Pada jenjang pendidikan dasar, dimulai dari tingkat TK (Ecole Maternelle) sebagai tingkat prasekolah. Anak yang sudah berumur 2 tahun sudah boleh masuk TK. Pendidkan pra-sekolah sendiri dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: kecil, sedang, dan besar. Pada tahap ini anak-anak diperkenalkan praktek cara hidup secara berkelompok, penekanan keterampilan sederhana, dan pengenalan huruf dan angka. Sistem pengajaran di TK sendiri dimulai pukul 09.00 (pagi) sampai pukul 17.00 (sore). Sistem ini dianut karena umumnya para pegawai di Perancis bekerja dari pukul 09.00-17.00, dengan catatan hari Sabtu dan Minggu libur. Selama anak berada di ruang sekolah (09.00-17.00) mereka sepenuhnya ada di bawah asuhan dan bimbingan guru. Di antara jam belajar itu mereka (anak-anak) diberi makan siang, dan juga kadang-kadang ada acara tidur siang. Jadi, para orangtua menyerahkan anaknya ketika berangkat kerja dan menjemputnya kembali saat pulang kerja (Matrisoni. 2005). Sedangkan untuk pendidikan dasar, dimulai pada usia 6 dan berlangsung selama 5 tahun, yaitu: kelas persiapan (CPI), kelas dasar-1 (CE-1), kelas dasar-2 (CE-2), menengah (CM-1), dan menengah (Cm-2). Tujuan utama dari pendidkan dasar adalah untuk mengajarkan kepada anak-anaka tentang kehidupan bermasyarakat, memberikan kemampaun membaca dan berhitung dengan persiapan unutk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah (Lycees dan Colleges). Pendidikan ini berkewajiban menggabungkan kepentingan dasar pendidikan dan kesenangan, atau bermain sebagai suatu pendekatan yang terbukti berhasil pada anak-anak (Rohman,2010). Anak-anak sekolah di TK dan SD negeri dibebaskan dari pembayaran, dan memperoleh buku-bulu pelajaran secara gratis.

2.      Pendidikan menengah (enseignement secondaire)
            Pendidikan menengah di Perancis dibedakan menjadi dua, yaitu College (setingkat SMP) dan Lycee (setingkat SMA). Pada pendidikan menengah tingkat pertama, anak belajar selama 4 tahun dan pada tingkat akhir anak diberi kesempatan untik memilih jurusan ke Sekolah Lanjutan Atas (SLA= Lycee). Pada tingkat ini pun peserta didik tidak dipungut biaya dan buku-buku pelajar diberikan secara gratis. Pendidikan kejuruan dalam bentuk yang terbatas sudah ada sejak awal. Direktorat Pendidikan Kejuruan menyediakan tenaga ahli di bidang perindustrian dan perdagangan, oleh karena itu, sekolah seni dan ketermapilan, perdagangan, industri, dan spesialis lainnya kini dianggap sebagai pendidkan kejuaruan dan dapat dimasuki setelah tahun ketujuh pendidikan dasar. Selain itu, dewasa ini berkembang pendidikan kejuruan yang membuka program paruh waktu untuk memberikan peluang kepada siswa yang sudah bekerja agar tetap belajar atau pelajar yang ingin sambil bekerja (Thut and Adams, 2005).
            Sedangkan untuk pendidikan menengah atas (Lycee) ditempuh selama 3 tahun, yaitu: kelas 2, kelas 1, dan kelas terminal dengan tetep mempertahankan pendidikan fundamental yang relative homogeny pada semua jurusan. Sejak tahun pertama terdapat 3 jurusan, yaitu: Sastra, Ilmu Pengertahuan alam (IPA) serta Sains dan Teknik Industri/ Sains Teknik, dan Teknik Ekonomi. Pada akhir SLTA, murid yang lulus mendapat ijazahBaccoloreat yang dapat digunakan untuk memasuki universitas atau masuk kelas persiapan pada sekolah tinggi. Untuk sekolah profesoional, sama halnya dengan sekolah kejuruan di Indonesia, yakni memberikan pendidikan profesi setelah tamat kelas 3. Pelajaran yang diberikan adalah pendidikan praktek dan teori selama 2-3 tahun. Setelah lulus, diberikan sertifikat keterampilan profesional (SKP) dan Diploma Teknik Tinggi (DTT). Biasanya pada tahun kedua diberikan pelajaran teori dan praktik di sekolah dan perusahaan. Namun demikian, baik College mauapun Lycee keduanya sama-sama bertujuan untuk mempersiapkan siswa dalm mengikuti ujian Baccalaureat ( Thut and Adams, 2005).

           
            Begitu pentingnya peran pendidikan dalam kemajuan untuk Perancis sendiri. Kalau kita membaca buku berjudul France yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Perancis (Ministere des Affaires Etrangeres), disebutkan bahwa di Perancis terdapat lebih dari 20 juta pelajar dan mahasiswa yang belajar pada tahun 2004-2005. Jumlah ini cukup menakjubkan karena merupakan seperempat dari jumlah penduduk Perancis, yakni sekitar 80 juta jiwa. Tahun 2004 tidak kurang 70 milyar dollar (AS) telah dianggarkan untuk pendidikan. Jumlah ini mencapai 23 persen dari total anggaran tahunan Pemerintah Perancis, suatu jumlah anggaran pendidikan yang terbesar di dunia. Sistem pendidikan di Perancis juga memberikan data sebagai negeri yang jumlah tenaga yang bergerak di bidang pendidikan cukup besar, yakni sekitar 1,7 juta pegawai dengan status pegawai negeri yang bekerja di bidang pendidikan (Matrisoni, 2005).
            Tentang penghasilan seorang guru di Perancis, bagi seorang dalam posisi guru senior, misalnya, ia memperoleh penghasilan bulanan sekitar 40.000-50.000 euro (sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan). Jika dibandingkan dengan gaji guru besar di Indonesia yang sekitar Rp 2 juta ( Data Tahun 2005 ). Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen, tidaklah mudah karena ia akan menjadi tulang punggung dalam menjamin kualitas pendidikan bangsa. Jika ia diterima menjadi seorang guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta, ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya, semua sudah tersedia, rumah, kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari tua, semua sudah ditanggung oleh pemerintah. Sehingga seorang guru benar-benar berkonsentrasi penuh dalam mengajar dan mencerdaskan para anak didik, dan mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk itu.
            Oleh karena itu, untuk pengangkatan seorang guru, termasuk dosen, diadakan seleksi penerimaan yang sangat ketat dan teruji. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang menyatakan bahwa di Perancis Guru merupakan salah satu dari 3 kelompok profesi yang mendapatkan kesejahteraan yang paling tinggi dari pemerintah, yang pertama adalah para penegak hukum ( Hakim, Jaksa /Lawyer ), yang kedua adalah para pegawai publik ( Pelayan masyarakat : dokter, orang-orang Pemda dll ).
            Jenjang atau tingkatan pendidikan sekolah di Perancis tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain. Adapun jenjang atau tingkatan pendidikan yang harus ditempuh oleh para siswa adalah sebagai berikut (www.education.gouv.fr):

Tabel 1.1 Jenjang pendidikan sekolah di Perancis
USIA
KELAS
SEKOLAH
17-18
16-17
15-16
Lycée

Terminale (T)
Première (1ere)
Seconde (2nde)
14-15
13-14
12-13
11-12
College

Troisième (3e)
Quatrieme (4e)
Cinquième (5e)
Sixième (6e)
10-11
9-10
8-9
7-8
6-7
Ecole Primaire

Cours Moyen 1 (CM1)
Cours Moyen 2 (CM2)
Cours Elémentaire 2 (CE2)
Cours Elémentaire 1 (CE1)
Préparatoire (CP)
5-6
4-5
3-4
Ecole maternelle

Grande Section (GS)
Moyenne Section (MS)
Petite Section

1. École (sekolah), terdiri atas taman kanak-kanak (L'école maternelle) dan sekolah dasar (L'école élémentaire/ elementary school). Anak yang menempuh tingkat ini adalah anak-anak yang sebagian besar berusia 3 – 5 tahun untuk TK dan usia 6 – 11 tahun untuk SD.
·         Taman Kanak-Kanak (L'école maternelle)
Di Perancis, pada tahun 2009, 11,6% anak usia 2 tahun dan hampir semua anak dari umur 3 sampai 5 tahun yang terdaftar di sekolah. Anak-anak mengembangkan kemampuan dasar mereka, meningkatkan bahasa mereka dan mulai menemukan dunia penulisan, jumlah dan bidang pelajaran lainnya. Mampu untuk menjalani pengalaman sekolah pertama dengan sukses adalah tujuan utama dari TK. Program pendidikan di TK ini dibagi menjadi lima bidang, yaitu mengenal bahasa dan menemukan tulisan, berlatih menjadi siswa, bertindak dan berbicara dengan tubuhnya, menemukan dunia serta melihat, merasakan, membayangkan dan menciptakan (www.education.gouv.fr).
·         Sekolah Dasar (L'école élémentaire/ elementary school).
Sekolah dasar ditempuh oleh anak-anak yang berumur 6 sampai 11 tahun. Ada lima tingkatan: CP, CE1, CE2, CM1 dan CM2. Pada tahun 2009-2010, Perancis memiliki 32.609 sekolah dasar negeri dan 5.174 swasta. Kompetensi yang diharapkan dari siswa ditentukan oleh siklus: (www.education.gouv.fr)

2.COLLÈGE (sekolah menengah / lower secondary school)
Ada total tujuh tahun dari sekolah menengah, yang terbagi antara empat tahun di sekolah menengah bawah (college), diikuti oleh sampai tiga tahun di sekolah menengah atas (lycée). Siswa diterima ke college dari sekolah dasar pada usia 11 tahun. Empat tahun sekolah menengah dibagi menjadi tiga siklus pendidikan (www.french-property.com):

2.1.2 Kurrikulum Pendidikan di Perancis
            Collège (sekolah menengah / lower secondary school) disebut juga sebagai pendidikan menengah pertama yang wajib ditempuh sampai usia 15 tahun atau hingga usia 16 tahun termasuk awal pendidikan di sekolah tinggi. Pada tingkat sekolah menengah ini, siswa harus menempuh pendidikan umum dan pendidikan eksplorasi. Adapun mata pelajaran yang termasuk dalam pendidikan umum akan dijelaskan sebagai berikut (http://www.education.gouv.fr) :
No
Mata Pelajaran
Bahan Pembelajaran

1.

Perancis
4 genre atau aliran tulisan (novel, drama, puisi, argumentas tertulis)

2.

Sejarah dan geografi

 Sejarah: sejarah eropa di dunia
 Geografi: 4 tema pada isu pembangunan, organisasi, perencanaan dan pengembangan wilayah dengan menyeberangi sosial, ekonomi dan lingkungan.


3.

LV 1 dan LV 2
Bahasa “seni hidup bersama”

4.

Matematika
Fungsi, geometri, dan statistik & probabilitas

5.

Fisika dan kimia
Kesehatan, olahraga, semesta

6.

IPA dan bumi
Bumi di alam semesta, kehidupan dan evolusi kehidupan, Isu global kontemporer, Tubuh manusia dan kesehatan


7.

Pendidikan jasmani dan olahraga
Praktek dan kegiatan fisik, olahraga dan seni.

8.

Pendidikan kewarganegaraan, hukum dan sosial
Masalah aturan kolektif yang mengatur semua bagian kehidupan dalam masyarakat dan membangun aturan hukum yang dipelajari

            Selain mempelajari pelajaran umum, setiap siswa juga harus menempuh pelajaran eksplorasi dengan alokasi waktu 54 jam per tahun, atau 1,5 jam per minggu. Pada pelajaran ini, setiap orang dapat mencoba disiplin baru, untuk memfasilitasi pilihan kariernya nanti. Adapun tujuan pelajaran eksplorasi ini adalah: (www.education.gouv.fr)
·         Menemukan metode disiplin ilmu pengetahuan dan terkait
·         Informasi mengenai kursus yang tersedia dan siklus terakhir dalam atas: iut, kelas persiapan, perguruan tinggi, dll.
·         Mengidentifikasi aktivitas kerja yang kursus-kursus ini dapat menyebabkan

            Bagian-bagian pelajaran eksplorasi yang harus diambil oleh setiap siswa adalah sebagai berikut (www.education.gouv.fr):
1)      Dua program pilihan
Setiap siswa memilih dua pelajaran yang berbeda dengan 12 mata pelajaran pertama yang dipilih yaitu eksplorasi ekonomi: "prinsip-prinsip dasar ekonomi dan manajemen" atau "ilmu ekonomi dan sosial"
2)      Sebuah komplementer pada pendidikan teknis
Selain belajar eksplorasi ekonomi, siswa dapat memilih dua pengajaran teknologi : bioteknologi, dan ilmu laboratorium, kesehatan dan pembangunan sosial, inovasi teknologi dan ilmu teknik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rute teknologi (www.education.gouv.fr).
3)      Pelatihan khusus
Kedua eksplorasi ajaran dapat digantikan oleh sebuah instruksi, karena pelatihan khusus yang mengarah dan jadwal yang diperlukan yaitu Pendidikan Jasmani dan Olahraga (180 jam), Kreatif desain dan budaya (216 jam), Circus Arts (216 jam)



Tabel 2.1 Kurrikulum pendidikan di Negara perancis
MATA PELAJARAN
TUJUAN
PROGRAM
PERANCIS
Untuk menguasai bahasa dan memiliki budaya sastra
Studi Perancis, Ekspresi, Membaca
MATEMATIKA
Mengembangkan keterampilan berpikir, berimajinasi dan berpikir kritis, meletakkan dasar-dasar kemampuan kritis dalam matematika.
Organisasi dan fungsi manajemen data, Angka dan perhitungan, Geometri, Ukuran dan takaran
BAHASA MODERN
·  Belajar untuk berkomunikasi
·   Menemukan budaya baru
·  Mencapai tingkat yang ditetapkan untuk seluruh Eropa

·  Tingkat ke-6 dan ke-5
·  Berkomunikasi, bercerita dan mendeskripsikan, berbicara tentang kehidupan sehari-hari
·  Tingkat ke-4 dan ke-3

Perjalanan, IPA dan fiksi ilmiah, Sekolah dan masyarakat, Pengaruh yang ditinggalkan oleh budaya di lingkungan
BAHASA &
BUDAYA KUNO
·   Lebih memahami asal-usul B. Perancis dan belajar bahasa asing,
·   Mengembangkan budaya dalam sejarah umum, hukum, sastra, politik dan seni

Bahasa latin dan Yunani direfleksikan ke bahasa perancis

 SEJARAH
 GEOGRAFI
 KWN


·   sejarah: siswa mengembangkan budaya umum.
·   geografi: siswa mengembangkan rasa ingin tahu mereka dan pengetahuan dunia.
·   kewarganegaraan: mereka memper-siapkan diri untuk bertindak sebagai orang yang bertanggung jawab


·   Tingkat keenam : Setelah mengenal peradaban Timur, siswa mengetahui Yunani dan Roma dan mempelajari munculnya Yudaisme dan Kristen.
·   Tingkat kelima : Siswa belajar tentang peradaban besar antara abad ketujuh dan akhir abad ketujuh belas
·   Tingkat keempat : Abad kedelapan belas dan kesembilan belas (Pencerahan untuk Revolusi Industri)
·   Tingkat ketiga : Siswa memulai sejarah dunia sejak 1914
·   Program Geografi
·   Tingkat keenam : program ini mengeksplorasi dunia, untuk mencari kebudayaan dalam keragaman mereka, menemukan dan mengkarakterisasi berbagai cara hidup.
·   Tingkat kelima : Pertumbuhan penduduk, ketidaksetaraan dalam kondisi hidup, kekayaan dan perkembangan masyarakat, hubungan antara perusahaan dan sumber daya
·   Tingkat keempat : siswa belajar elemen sederhana dari deskripsi, analisis dan penjelasan dari proses globalisasi dan bekerja pada diskusi itu memprovokasi.
·   Tingkat ketiga : Program mengarah peran global Perancis dan Uni Eropa.

Ø Program pendidikan kewarganegaraan : Siswa belajar kompleksitas kehidupan sosial dan politik. Dari situasi konkret (pemilihan wakil kelas, misalnya), mereka membahas konsep-konsep kunci dan kosa kata kewarganegaraan
IPA DAN BUMI
·   Memperoleh elemen penting dari kemampuan membaca ilmiah untuk memahami fungsi tubuh manusia, dunia kehidupan, Bumi dan lingkungan.

·   Siswa mengamati fenomena atau organisme hidup, ada pertanyaan, berspekulasi, melakukan manipulasi dan percobaan:  mereka belajar dan proses ilmiah.


·   Mereka juga menyadari pentingnya keselamatan, menghormati orang lain dan kebutuhan bagi setiap orang untuk merasa bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kesehatan.
·   Tingkat keenam : Siswa mengamati lingkungan sekitarnya untuk memahami dua aspek
·   Tingkat kelima : Siswa sampai pada tingkat pertama pemahaman fungsi gizi pada manusia, fungsi paru di makhluk hidup, dinamika planet dari manifestasi permukaan

·   Tingkat keempat : Reproduksi seksual pada makhluk hidup dan manusia, mekanisme transmisi saraf dan hormon dalam tubuh dan cara kerja di dalam planet ini yang dipelajari
·   Tingkat ketiga : Dengan genetika dan imunologi pengetahuan manusia diperkaya.

FISIKA-KIMIA
·   Memperoleh kemampuan membaca ilmiah dasar dalam berbagai bidang fisika dan kimia.
·   Mengandalkan terutama pada percobaan, siswa belajar dasar-dasar materi ilmiah, cahaya, listrik, gravitasi.
·    Mereka mengembangkan rasa observasi, pemikiran rasa ingin tahu, kritis dan minat dalam kemajuan ilmiah dan teknis.

 Dalam kelima : Air, Listrik, Cahaya
 Dalam keempat : Molekul, Listrik, Cahaya
 Dalam ketiga : Kimia, Listrik, Gravitasi

TEKNOLOGI
·   Memahami dunia teknis, berdasarkan langkah-langkah konkret.
·   Siswa belajar metode dan pengetahuan untuk memahami dan mengendalikan operasi objek teknis, buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka.
·   Mempelajari pengaruh dari benda-benda teknis dan perubahan terhadap masyarakat dan lingkungan.
·   Ke-6
Memahami bagaimana benda teknis, cara kerja objek teknis yang terkait dengan transportasi, Memperdalam pengetahuan mereka tentang TIK
·   Ke-5 dan ke-4
Mengembangkan pengetahuan tentang pelaksanaan, desain sebuah objek teknis dan ICT, menganalisis sistem dan proses untuk membuat, belajar tentang pendekatan desain, memperkaya pengetahuan mereka tentang ICT, dengan sistem kontrol otomatis dan pemodelan numerik.
·   Ke-3
Pendekatan teknologi dengan mempertimbangkan teknis, ekonomi,
FISIKA-KIMIA
·      Memperoleh kemampuan membaca ilmiah dasar dalam berbagai bidang fisika dan kimia.
·      Mengandalkan terutama pada percobaan, siswa belajar dasar-dasar materi ilmiah, cahaya, listrik, gravitasi.
·      Mereka mengembangkan rasa observasi, pemikiran rasa ingin tahu, kritis dan minat dalam kemajuan ilmiah dan teknis.

 Dalam kelima : Air, Listrik, Cahaya
 Dalam keempat : Molekul, Listrik, Cahaya
 Dalam ketiga : Kimia, Listrik, Gravitasi

TEKNOLOGI
·      Memahami dunia teknis, berdasarkan langkah-langkah konkret.
·      Siswa belajar metode dan pengetahuan untuk memahami dan mengendalikan operasi objek teknis, buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka.
·       Mempelajari pengaruh dari benda-benda teknis dan perubahan terhadap masyarakat dan lingkungan.

·      Ke-6
Memahami bagaimana benda teknis, cara kerja objek teknis yang terkait dengan transportasi, Memperdalam pengetahuan mereka tentang TIK
·      Ke-5 dan ke-4
Mengembangkan pengetahuan tentang pelaksanaan, desain sebuah objek teknis dan ICT, menganalisis sistem dan proses untuk membuat, belajar tentang pendekatan desain, memperkaya pengetahuan mereka tentang ICT, dengan sistem kontrol otomatis dan pemodelan numerik.
·      Ke-3
Pendekatan teknologi dengan mempertimbangkan teknis, ekonomi,
PEND. MUSIK & SENI
·      Mengembangkan kemampuan untuk mengamati karya, sebuah praktek artistik.
·      Siswa menemukan, melalui analisis karya seni, keragaman genre, gaya dan periode.
Pendidikan Musik dan Seni Visual
PEND.JASMANI & OLAHRAGA (EPS)
Memperoleh, pada usia transformasi, kemampuan fisik baru.
Atletik, Olahraga renang , Aktivitas luar ruangan , Senam, Seni, Tim olahraga, Raket olahraga, Tempur
SEJARAH SENI
Memperoleh budaya artistik umum.
Spasial seni, Seni Bahasa, Seni kehidupan sehari-hari, Suara seni, Seni pertunjukan, Seni visual

2.1.2 Kalender Pendidikan di Negara Perancis
            Satu tahun ajaran setidakny harus terdiri atas 36 minggu dibagi menjadi lima periode kerja yang dipisahkan oleh empat kali liburan yaitu libur Natal, musim dingin (winter), musim semi (spring) dan musim panas (summer). Kalender sekolah diadopsi dari Menteri Pendidikan Nasional untuk jangka waktu tiga tahun (www.education.gouv.fr).

2.1.3 Penilaian dalam pendidikan College ( lower Secondary School)
            Penilaian dilakukan dengan sangat ketat, dengan sistem penilaian berkelanjutan, tes rutin dan laporan sekolah selama dua tahun termasuk laporan tentang perilaku partisipasi, kehadiran dan partisipasi saat anak menempuh kehidupan di sekolah (www.education.gouv.fr). Orang tua memiliki hak banding ke Inspektur d'Académie jika mereka tidak setuju dengan keputusan sekolah, dimana siswa harus mengerjakan ujian dalam waktu tiga hari sejak pemberitahuan keputusan (www.education.gouv.fr).
            Ujian tertulis disebutkan sebelumnya, Brevet des college meliputi Perancis, Matematika dan Sejarah / Geografi. Ini bukan ujian masuk ke "Lycée" dan tidak wajib, meskipun semua siswa secara otomatis terdaftar untuk ikut ujian. Hasil ujian ini merupakan indikasi dari tingkat keseluruhan pengetahuan siswa dalam mata pelajaran dasar. Pelaksanaannya dengan cara siswa dari sekolah yang berbeda dikumpulkan dan dikirim ke lokasi lain untuk mengambil ujian. Semua siswa juga diharapkan untuk menguasai tujuh keterampilan dasar saat di college (www.education.gouv.fr).

2.2 Mata Pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial di Negara Perancis
      Semua siswa di akhir pelajaran pokok di Perancis, dalam seconde kelas the lycée d'enseignement générale et technologique (LEGT),  mengikuti suatu kurikulum umum; karena yang akhir tahun kedua (post-compulsory)siswa memilih kuliah pokok spesialis yang tergantung pada kecakapan yang spesifik yang mereka putuskan. Pelajaran di seconde pada umumnya meliputi pokok / wajib. para siswa memilih pelajaran pokok yang disajikan.
Mata pelajaran pokok
•     Bahasa Perancis;
•     Matematika;
•     Ilmu fisika Dan Ilmu kimia;
•     Ilmu pengetahuan Bumi;
•     Bahasa asing modern;
•     Sejarah dan geografi;
•     Pendidikan jasmani dan olahraga; an
•     Pendidikan Kewarganegaraan, Hukum, dan Pendidikan social (Social Studies)
Ditambah dengan:
•     Dukungan Individual  (Individual support)
•     Teknologi Informasi (Information technology)
•     Jam Kelas (Class hours)
•     Workshop Ekspresi Seni/Artistik (Artistic expression workshops)
•     Praktek sosial budaya Social and cultural practices)

            Pembelajaran di sekolah negara Perancis tidak selalu diadakan di ruang kelas, namun dapat pula diadakan di luar (Discovery Class) dimana pembelajaran dapat berlangsung ditempat-tempat baru selama beberapa waktu, misalnya di pantai atau lereng salju selama satu minggu atau lebih dengan tujuan untuk memperluas wawasan anak didik (www.education.gouv.fr).
            Selain mempelajari pelajaran umum, setiap siswa juga harus menempuh pelajaran eksplorasi dengan alokasi waktu 54 jam per tahun, atau 1,5 jam per minggu. Pada pelajaran ini, setiap orang dapat mencoba disiplin baru, untuk memfasilitasi pilihan kariernya nanti. Adapun tujuan pelajaran eksplorasi ini adalah: (www.education.gouv.fr)




Table.Alokasi waktu dalam setiap mata pelajaran

KE-6
11–12 th
KE-5
12-13 th
KE-4
13-14 th
KE-3
14-15th
Mata pelajaran
jam
jam
jam
jam
Perancis
5 jam
4 jam
4 jam
4,5 jam
Matematika
4 jam
3,5 jam
3,5 jam
4 jam
Modern lang
4 jam
3 jam
3 jam
3 jam
Modern lang 2
-
-
3 jam
3 jam
Sejarah/geog/kewarganegaraan
3 jam
3 jam
3 jam
3,5 jam
Ilmu / teknologi
3 jam
4,5 jam
4,5 jam
3 jam
Seni / musik
2 jam
2 jam
2 jam
2 jam
Fisik rekreasi
4 jam
3 jam
3 jam
2 jam

   Satu tahun ajaran setidakny harus terdiri atas 36 minggu dibagi menjadi lima periode kerja yang dipisahkan oleh empat kali liburan yaitu libur Natal, musim dingin (winter), musim semi (spring) dan musim panas (summer). Kalender sekolah diadopsi dari Menteri Pendidikan Nasional untuk jangka waktu tiga tahun (www.education.gouv.fr).

C.    PENUTUP
1.      KESIMPULAN
               Hal ini dikarenakan melalui komparasi terhadap sistem pendidikan yang ada di negara lain, dapat dijadikan sebagai reverebsi dalam upaya perbaikan mutu pendidikan bangsa. Perbandingan sistem pendidikan yang ada di Indonesia dengan Perancis dapat dilihat dari berbagai aspek, anatar lain:

Table Perbandingan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama untuk mata pelajaran IPS di Perancis dan Indonesia
No.
Aspek Perbandingan
Indonesia
Perancis
1.
Masa Belajar
3 tahun
4 tahun

2.
Tahun Akademik
Juli sampai dengan Juni
September sampai Agustus
5
Jumlah jam mata Pelajaran IPS
Jumlah jam perminggu
Kelas 7 : 4 jam
Kelas 8 : 4 jam
Kelas 9 : 4 jam
Jumlah jam perminggu
Kelas 6 : 3 jam
Kelas 7 : 3 jam
Kelas 8 : 3 jam
Kelas 9 : 3,5 jam


6
Bidang studi
Mata pelajaran umum
-          IPS Terpadu (sejarah, geografi, ekonomi)
Mata pelajaran Umum
-    Sejarah: sejarah eropa di dunia
-    Geografi: 4 tema pada isu pembangunan, organisasi, perencanaan dan pengembangan wilayah dengan menyeberangi sosial, ekonomi dan lingkungan.

Mata Pelajaran Pilihan
-    2 pilihan pelajaran eksplorasi ekonomi :
1.      Prinsip dasar ekonomi dan manajemen
2.      Ilmu ekonomi dan social
-    2 pengajaran teknologi :
1.      Bioteknologi dan ilmu labratorium
2.      Kesehatan dan pembangunan social
3.      Inovasi teknologi dan ilmu teknik
4.      Ilmu ekonomi dan social



Sejarah
-       Kelas 7 :
Mempelajari kehidupan pada masa aksara di Indonesia, perkembangan masyarakat hindu-budha di Indonesia
-    Kelas 8:
Proses kebangkitan nasional, persiapan kemerdekaan
-    kelas 9
usaha mempertahankan kemerdekaan, kerjasama internasional


Geografi:
-    kelas 7:
a.       keanekaragaman bentuk muka bumi, pembentukan serta dampaknya
b.      menggunakan peta, atlas dan globe,
c.       gejala atmosfer
-  kelas 8:
a.       Kondisi fisik wilayah dan penduduk
b.      Permasalahan penduduk
c.       Permasalahan lingkungan hidup

Ekonomi
Kelas 7
a.       tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan sehari-hari
b.      manusia sebagai makhluk social dan ekonomi yang bermoral dalam memnuhi kebutuhan.
Kelas 8:
a.       pelaku ekonomi, bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi  masyarakat
b.      permintaan dan penawaran serta  terben-tuknya harga pasar, fungsi pajak dalam perekonomian nasional
c.       sistem perekonomian Indonesia
Sejarah
-    Tingkat keenam : Setelah mengenal peradaban Timur, siswa mengetahui Yunani dan Roma dan mempelajari munculnya Yudaisme dan Kristen.
-    Tingkat kelima : Siswa belajar tentang peradaban besar antara abad ketujuh dan akhir abad ketujuh belas
-    Tingkat keempat : Abad kedelapan belas dan kesembilan belas (Pencerahan untuk Revolusi Industri)
-    Tingkat ketiga : Siswa memulai sejarah dunia sejak 1914


Program Geografi
-    Tingkat keenam : program ini mengeksplorasi dunia, untuk mencari kebudayaan dalam keragaman mereka, menemukan dan mengkarakterisasi berbagai cara hidup.
-    Tingkat kelima : Pertumbuhan penduduk, ketidaksetaraan dalam kondisi hidup, kekayaan dan perkembangan masyarakat, hubungan antara perusahaan dan sumber daya
-    Tingkat keempat : siswa belajar elemen sederhana dari deskripsi, analisis dan penjelasan dari proses globalisasi dan bekerja pada diskusi itu memprovokasi.
-    Tingkat ketiga : Program mengarah peran global Perancis dan Uni Eropa.



DAFTAR PUSTAKA

http://www.education.gouv.fr. The Education System. Diakses pada tanggal 30 Maret 2012.
http://www.france-properties.com/education. School Education in France. Diakses pada tanggal 30 Maret 2012.

http://www.frenchentree.com/fe-education. Diakses pada tanggal 30 Maret 2012.

1 komentar: